HIDUP PENUH WARNA "JANGAN SIA-SIAKAN USIA DENGAN HAL YANG BODOH. TERUSLAH KEMBANGKAN KEMAMPUAN DIRI

Senin, 07 April 2008

BERMANFAATKAH CERITA RAKYAT DI DUNIA MODERN?

Memang seiring perkembangan dunia yang serba instan, bidang-bidang ilmu yang berbau mistik, takhayul, dan gaib sudah mulai pudar dari perannya. Sebelumnya kepercayaan semacam ini berkembang dengan pesat bahkan melekat dalam kehidupan masyarakat kita. Namun seiring dengan kemunculan agama kepercayaan yang berbau animisme dan dinamisme mulai ditinggalkan. Misalnya dalam ajaran Islam orang yang masih mempercayai dunia semacam ini disebut syirik karena memiliki sugesti yang kuat bahwa benda-benda atau roh-roh dapat membantunya dalam kehidupan. Intinya menduakan Allah dan mempercayai sesuatu yang pada dasarnya hasil penciptaan manusia. Namun kita tidak bisa memungkiri bahwa meskipun mulai berkurang namun ada juga masyarakat yang mempercayainya, baik kalangan bawah, menengah, ataupun kalangan atas. Tujuannya tidak lain adalah memperlancar segala urusan di dunia (memperlancar usaha, jodoh, memperoleh kekuasaan, dll). Benarkah seperti itu? Ya itulah kenyataan yang harus kita telan, masyrakat memeluk suatu agama sekaligus berbuat syirik.

Akan tetapi tidak demikian halnya dengan cerita rakyat. Meskipun cerita rakyat dekat sekali dengan dunia mistik melihat kemunculannya yang ada sejak dulu. Namun sebagai masyarakat yang beragama tentu kita diharapkan memiliki dasar yang kuat terhadap sesuatu yang masuk di otak kita. Misalnya Dewi Sri, cerita rakyat yang berjenis mite ini sangat melekat di masyarakat kita. Masyarakat khususnya kaum tua sangat mempercayai bahkan meyakini bahwa Dewi Sri adalah Dewi yang memberi pangan kita atau lebih dikenal Dewi Padi. Sumber kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan setiap kali panen, masyarakat pedesaan melakukan pesta "syukuran" yang dipersembahkan kepada Dewi Padi tersebut bukan kepada Allah. Begitu juga bila akan memulai menanam padi. Biasanya di pinggir sawah terdapat berbagai macam sesajen yang berisi nasi lengkap dengan lauknya, telur ayam kampung, uang logam, bunga kenanga, bunga mawar merah. Apa maksud semua itu. Hal itu dilakukan tidak lain untuk memperikan penghargaan kepada Dewi Padi agar kelak hasil panen melimpah ruah. Hal itu juga terjadi di desa kelahiran saya. Desa Gebangmalang, Mojoanyar, Mojokerto.

Tidak ada komentar: